Sabtu, 10 Desember 2011

Sekilas Mola Hidatidosa (EwiqLiny^_^V)


Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan cirri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus; gambara yang diberikan ialah sebagai segugus bah anggur. Jaringan trofoblast pada villus kadang-kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yaitu human chorionic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Uterus membesar lebih cepat dari biasa, penderita mengeluh tentang mual dan muntah, tidak jarang terjadi p[erdarahan per vaginam. Kadang-kadang pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus, yang, yang memastikan diagnosis mola hidatidosa.
Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120 kehamilan) daripada wanita-wanita di Negara-negara Barat (1 atas 2000 kehamilan). Tentang nasibnya kehamilan tidak normal ini dapat dikatakan, mahwa mola keluar sendiri atau dikeluarkan dengan suatu tindakan; pengeluaran sendiri biasanya disertai dengan perdarahan banyak.
Dari mola yang sifatnya jinak, dapat tumbuh tumor trofoblast yang bersifat ganas. Tumor ini ada yang kadang-kadang masih mengandung villus disamping trofoblast yang berproliferasi, dapat mengadakan invasi yang umumnya bersifat local, dan dinamakan mola destruens (invasive mole, penyakit trofoblast ganas jenis villosum). Selain itu terdapat pula tmor trofoblast yang hanya terdiri atas sel-sel trofoblast tanpa stroma, yang umumnya tidak hanya berinvasi di otot uterus tetapi menyebar kea lat-alat lain (koriokarsinoma, penyakit trofoblast ganas non villosum).
Oleh IUAC (International Unian Againt Cancer) diadakan klasifikasi sederhana penyakit trofoblast,  yang mempunyai keuntungan bahwa angka-angka yang diperoleh dari berbagai negara di dunia dapat dibandingkan. Klasifikasi itu ialah:
A.       Ada hubungan dengan kehamilan;
B.       Tidak ada hubngan dengan kehamilan.

Diagnosis klinik:
1.         Non- metastatic
2.         Metastatic
a.                     Local (pelvis)
b.                     Ekstra pelvic
Diagnosis Morfologik
1.         Mola Hidatidosa
a.                     Non invasive
b.                     Invasif
2.         Koriokarsinoma
3.         Tidak bisa ditentukan
Golongan tidak bisa ditentukan terdiri atas penyskit tofoblast dimana tidak terdapat bahan-bahan dari otopsi, atau operasi, atau kerokan untuk membuat diagnosis morfologik, akan tetapi diagnosis dibuat dengan cara-cara lain (hormonologik).

Diagnosis
Sudah dikemukakan bahwa uterus pada mola hidatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa; pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin didalamnya, seperti balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pad pemeriksaan roentgen, dan adanya denyut jantung pada ultrasonografi. Perdarahan merupakan gejala nyang sering ditemukan.
Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi (B-Scan) member gambaran yang khas pada mola hidatidosa.

Penanganan mola hidatidosa
Berhubung dengan kemungkinan, bahwa mola hidatidosa menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola dipastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (sunction curettage) disertai dengan pemberian infus oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untk mengeluarkan sisa-sisa konseptus; kerokan perlu dilakukan hati-hati berhubung dengan bahaya proliferasi.
Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong, dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblast yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan.
Sebelum mola dikeluarkan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen paru-paru untuk menentukan ada tidaknya metastasis ditempat tersebut.
Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista teka-lutein. Kista-kista ini yang tumbh karena pengaruh hormonal, kemdian mengecil sendiri.

Pengamatan Lanjut
Pengamatan lanjut pada wanita dengan mola hidatidosa yang uterusnya dikosongkan, sangat penting berhubungan dengan kemungkinan timbulnya tumor ganas (dalam ±20%). Anjuran pada semua penderita pascamola dilakukan kemoterapi untuk mencegah timbulnya keganasan, belum dapat diterima oleh semua pihak.
Pada pengamatan lanjutan, selain memeriksa terhadap kemungkinan timbulnya metastasis, sangat penting untk memeriksa kadar hormone koriogonadotropin (hCG) secara berulang.
Pada kasus-kasus yang tidak menjadi ganas, kadar hCG lekas turun menjadi negative, dan tetap tinggal negative. Pada awal masa pascamola dapat dilakukan tes hamil biasa, akan tetapi setelah tes hamil biasa menjadi negative, perlu dilakukan pemeriksaan radio immunoassay hCG dalam serum. Pemeriksaan yang peka ini dapat menemukan hormone dalam kuantitas yang rendah.
Pemeriksaan kadar hCGm diselenggarakan tiap minggu sampai kadar menjadi negative selama 3 minggu, dan selanjutnya tiap bulan selama 6 bulan. Sampai kadar hCG menjadi negative, pemeriksaan roentgen paru-paru dilakukan tiap bulan. Selama dilakkan pemeriksaan kadar hCG, penderita diberitahukan supaya tidak hamil. Pemberian pil kontrasepsi berguna dalam 2 hal: 1) Mencegah kehamilan baru, dan 2) menekan pembentukan LH oleh hipofisis, yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar hCG. Apabila tingkat kadar hCG tidak turun dalam 3 minggu berturut-turut atau malah naik, dapat diberi kemoterapi, kecuali jika penderita tidak menghendaki bahwa uterus dipertahankan; dalam hal ini dilakukan histerektomi.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian methotrexate atau dactinomycin, atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut. Biasanya cukup hanya member satu seri dari obat yang b ersangkutan. Pengamatan lanjutan terus dilakukan, sampai kadar hCG menjadi negative selama 6 bulan.











DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawiryoharjo, Ilmu Kandungan Edisi II, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiryoharjo, Jakarta 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar