Sabtu, 10 Desember 2011

Sekilas Tentang Glaukoma Akut (EwiqLiny^_^V)


Glaukoma Akut
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
Glaukoma akut biasanya terjadi secara mendadak, dengan gejala nyeri mata yang berat atau sakit kepala, mata buram, melihat pelangi di sekitar lampu, mual dan muntah. Serangan ini harus segera ditangani agar tidak menyebabkan kebutaan.Pada glaukoma jenis ini terjadi hambatan penyaluran keluar cairan dalam bola mata yang menyebabkan peningkatan tekanan intra okular mendadak dan dramatis.
Biasanya terjadi pada usia lebih daripada 40 tahun. Pada glaukoma primer sudut tertutup akut terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat pelangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodormal.
Terdapat gejala gastrointestinal berupa muntah yang kadang-kadang mengaburkan gejala daripada serangan glaukoma akut.
Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai dalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obat midriatik, berdiam lama di tempat yang gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak  intumesen atau  katarak  hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pascabedah intraokular.



Manifestasi Klinis
Rasa sakit hebat yang menjalar ke kepala disertai mual dan muntah, mata merah dan bengkak, tajam penglihatan sangat menurun, dan melihat lingkaran-lingkaran seperti pelangi.
Serangan glaukoma akut yang terjadi secara tiba-tiba dengan rasa sakit hebat di mata dan di kepala, perasaan mual dan muntah, bradikardia akibat refleks okulokardiak, mata menunjukkan tanda-tanda kongestif (peradangan) dengan kelopak mata bengkak, mata merah, tekanan bola mata sangat tinggi yang mengakibatkan pupil lebar, kornea, suram dan edem, iris sembab meradang, papil saraf optik hiperemis, edem dan lapang pandangan menciut berat. Iris bengkak dengan atrofi dan sinekia posterior dan lensa menjadi keruh. Pemeriksaan funduskopi sukar karena kekeruhan media penglihatan.
Tajam penglihatan sangat menurun dan pasien terlihat sakit yang berat.  Gejala spesifik seperti di atas tidak selalu terjadi pada mata dengan glaukoma akut. Kadang-kadang riwayat mata sakit disertai penglihatan yang menurun sudah dapat dicurigai telah terjadinya serangan glaukoma akut. Glaukoma primer sudut akut tertutup akut bila tidak diobati dapat menjadi kronis.
Tekanan bola mata antara dua serangan dapat normal sama sekali. Biasanya serangan ini diprovokasi oleh lebarnya pupil (tempat gelap). Pada mata sudut sempit harus waspada terhadap kemungkinan serangan pada pupil yang dapat lebar. Biasanya dapat terjadi bilateral.
Biasanya mata yang lain diserang 2-5 tahun kemudian. Sesudah beberapa kali serangan atau berlangsung lama maka terjadi perlengketan antara pangkal iris dan kornea (Goniosinekia).
Glaukomaakut dibangkitkan lensa merupakan glaukoma akibat katarak intumesen dapat dalam bentuk glaukoma akut kongestif. Terjadi akibat katarak senil, katarak trauma tumpul ataupun trauma perforasi pada lensa. Gejalanya sangat sama dengan gejala glaukoma akut kongestif dengan perbedaan terdapatnya bilik mata yang dangkal pada kedua mata sedang pada katarak intumesen kelainan sudut hanya terdapat pada satu mata, terdapatnya katarak intummesen sedang pada gaukoma akut kongestif biasanya hipermetropia.       Pada katarak intumesen sumbu anteroposterior lensa makin panjang sehingga mengakibatkan terdapatnya resistensi pupil  pada pengaliran cairan mata ke depan yang mengakibatkan blokade pupil.
Akibat blokade ini kan terjadi pendorongan iris sehingga pangkal iris akan menutup saluran trabekulum yang akan mengakibatkan bertambahnya bendungan cairan mata sehingga terjadi glaukoma akut kongestif. Pada keadaan ini pemberian pilokarpin bertujuan membuka sudut bilik mata selain untuk mencegah kendornya pupil sehingga mengakibatkan iris bombe.
Glaukoma fakolitik merupakan glaukoma sekunder sudut terbuka dengan tanda-tanda dan gejala klinik glaukoma akut, sudut bilik mata terbuka lebar dn lensa dengan katarak hipermatur disertai masa seperti susu di dalam bilik mata depan. Didalam bilik mata depan terdapat efek Tyndal (fler=suar) sehingga gambaran menyerupai suatu uveitis. Pada glaoukoma fakolitik jarang ditemukan keratik presipitatdan sinekia posterior.
Glaukoma  fakolitik biasanya terjadi akibat katarak hipermatur, dimana lensa yang mencair keluar melalui kapsul yang utuh akan tetapi mengalami degenerasi. Masa lensa yang terdapat didalam bilik mata depan mengundang sebukan sel radang, dan tidak terlihat adanya reaksi antigen antibodi yang nyata.

Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan  tonometri Schiotz  menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, gonioskopi, dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
Pada pemeriksaan dengan lampu senter terlihat injeksi konjungtiva, injeksi siliar, kornea suram karena sembab, reaksi pupil hilang atau melambat, kadang pupil midriasis, kedua bilik mata depan tampak dangkal pada bentuk primer, sedangkan pada bentuk sekunder dijumpai penyakit penyebabnya.
Funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media refraksi. Pada perabaan, bola mata yang sakit teraba lebih keras dibanding sebelahnya.


Penatalaksanaan
Tekanan intraokular harus diturunkan secepatnya dengan memberikan asetazolamid 500 mg dilanjutkan 4 x 250 mg, solusio gliserin 50% 4 x 100-150 ml dalam air jeruk, penghambat beta adrenergik 0,25-0,5% 2 x 1 dan KCl 3 x 0,5 g. Diberikan tetes mata kortikosteroid dan antiobiotik untuk mengurangi reaksi infiamasi.
Untuk bentuk yang primer, diberikan tetes mata pilokarpin 2% tiap 1/2-1 jam pada mata yang mendapat serangan dan 3 x 1 tetes pada mata sebelahnya. Bila perlu diberikan analgesik dan antiemetik.
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokular (TIO) dan keadaan matanya. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya diberikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Bila jelas menurun, operasi ditunda sampai mata lebih tenang dengan tetap memantau TIO. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan gonioskopi setelah pengobatan medikamentosa. Sebagai pencegahan juga dilakukan iridektomi pada mata sebelahnya.
Harus dicari penyebabnya pada bentuk sekunder dan diobati yang sesuai. Dilakukan operasi hanya bila perlu dan jenisnya tergantung penyebab. Misalnya pada hifema dilakukan parasentesis, pada kelainan lensa dilakukan ekstraksi lensa, dan pada uveitis dilakukan iridektomi atau operasi filtrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar